Friday, July 3, 2015

Mengunjungi Chairil Anwar Malang


Kalau ku mati, dia mati iseng sendiri.
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
 [Chairil Anwar]


Dua kalimat di atas merupakan penggalan bait terakhir dua puisi penyair besar Indonesia, Chairil Anwar. “Cintaku Jauh di Pulau” dan “Sia-sia”. Bait-bait puisi yang otomatis teringat setiap kali tiGGer menyinggahi Chairil Anwar di Kota Malang.

Sastrawan besar Indonesia ini masih bisa dijumpai di taman kecil berbentuk segitiga pada percabangan jalan Kayutangan. Terabadikan dalam rupa patung dada atau patung torso. Berdiri membelakangi gereja Katolik Hati Kudus Yesus.

Chairil adalah milik Indonesia. Datang dari keluarga Minang tulen, lahir di kota Medan, hembuskan napas terakhir dan dikebumikan di Jakarta, tapi diabadikan dalam bentuk pertama kali justru di Kota Malang.

Mungkin banyak orang bertanya-tanya kenapa ada patung Chairil Anwar di kota Malang. Apa ada hubungan khusus antara Chairil Anwar dan Malang? Sebagai catatan, diketahui ada dua monumen Chairil Anwar di Indonesia. Di Kota Malang dan Jakarta. Di tanah kelahiran sang penyair ini, Medan, tidak ada.
Patung Chairil Anwar di Jakarta ada di Taman Monumen Nasional (Monas). Diresmikan pada tahun 1986. Jauh sesudah patung Chairil Anwar berdiri di Kota Malang. Selisih 31 tahun.

Achmad Hudan Dardiri-lah yang menggagas pengabadian Chairil Anwar di Kota Malang. Intelektual muda sekaligus mantan pejuang dari Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) ini demikian mengagumi Chairil Anwar. Gagasan ini kemudian diwujudkan oleh perupa Widagdo. Jadilah Chairil didudukkan di atas pedestal bertuliskan sajak “Aku”. Pada tanggal 28 April 1955, monumen ini diresmikan oleh M. Sardjono Wirjohardjono, walikota Malang saat itu.

Konon, keberadaan patung ini berkait dengan kenangan atas
kehadiran Chairil Anwar di kota Malang. Pada tahun 1947, kota Malang ditunjuk menjadi tempat Sidang Pleno Kelima Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), cikal lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Sidang ini berlangsung antara tahun 25 Februari hingga 6 Maret 1947. Pada kisaran waktu yang sama, Chairil yang turut hadir di Malang menggubah beberapa puisi : Sorga, Sajak Buat Basuki Resobowo, serta Dua Sajak buat Basuki Resobowo.

Ruas jalan Kayutangan dianggap sebagai lokasi yang strategis sebagai tempat patung Chairil Anwar. Jalan poros utama pada masa itu. Konon pada masa revolusi, persimpangan jalan ini banyak dilintasi oleh para pejuang kota Malang.

Hingga kini lokasi itu masih strategis. Dekat dari Alun-alun kota, tak jauh dari Balai kota dan Tugu. Bisa dicapai berjalan kaki dari Stasiun Kereta Api Kota Baru, Malang. Hanya berjarak sekitar 1 kilometer.

Beberapa langkah dari monumen ini, ada Toko Oen yang legendaris. Toko ini sudah ada sejak tahun 1930. Sebuah tujuan wisata favorit para penggemar es krim. Biar tak mati iseng sendiri. ###

Lihat peta di sini

No comments:

Post a Comment