Kalau ku mati, dia mati iseng sendiri.
Mampus kau
dikoyak-koyak sepi.
[Chairil Anwar]
Dua kalimat di atas merupakan penggalan
bait terakhir dua puisi penyair besar Indonesia, Chairil Anwar. “Cintaku Jauh
di Pulau” dan “Sia-sia”. Bait-bait puisi yang otomatis teringat setiap kali tiGGer
menyinggahi Chairil Anwar di Kota Malang.
Sastrawan besar Indonesia ini
masih bisa dijumpai di taman kecil berbentuk segitiga pada percabangan jalan
Kayutangan. Terabadikan dalam rupa patung dada atau patung torso. Berdiri
membelakangi gereja Katolik Hati Kudus Yesus.
Chairil adalah milik
Indonesia. Datang dari keluarga Minang tulen, lahir di kota Medan, hembuskan napas
terakhir dan dikebumikan di Jakarta, tapi diabadikan dalam bentuk pertama kali
justru di Kota Malang.
Mungkin banyak orang
bertanya-tanya kenapa ada patung Chairil Anwar di kota Malang. Apa ada hubungan
khusus antara Chairil Anwar dan Malang? Sebagai catatan, diketahui ada dua monumen
Chairil Anwar di Indonesia. Di Kota Malang dan Jakarta. Di tanah kelahiran sang
penyair ini, Medan, tidak ada.
Patung Chairil Anwar di Jakarta ada di Taman Monumen Nasional (Monas). Diresmikan pada tahun 1986. Jauh sesudah patung Chairil
Anwar berdiri di Kota Malang. Selisih 31 tahun.
Achmad Hudan Dardiri-lah yang menggagas
pengabadian Chairil Anwar di Kota Malang. Intelektual muda sekaligus mantan
pejuang dari Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) ini demikian mengagumi Chairil
Anwar. Gagasan ini kemudian diwujudkan oleh perupa Widagdo. Jadilah Chairil didudukkan
di atas pedestal bertuliskan sajak “Aku”. Pada tanggal 28 April 1955, monumen ini
diresmikan oleh M. Sardjono Wirjohardjono, walikota Malang saat itu.
Konon, keberadaan patung ini berkait
dengan kenangan atas
kehadiran Chairil Anwar di kota Malang. Pada tahun 1947, kota
Malang ditunjuk menjadi tempat Sidang Pleno Kelima Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP), cikal lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).
Sidang ini berlangsung antara tahun 25 Februari hingga 6 Maret 1947. Pada
kisaran waktu yang sama, Chairil yang turut hadir di Malang menggubah beberapa
puisi : Sorga, Sajak Buat Basuki Resobowo, serta Dua Sajak buat Basuki Resobowo.
Ruas jalan Kayutangan dianggap
sebagai lokasi yang strategis sebagai tempat patung Chairil Anwar. Jalan poros
utama pada masa itu. Konon pada masa revolusi, persimpangan jalan ini banyak
dilintasi oleh para pejuang kota Malang.
Hingga kini lokasi itu masih
strategis. Dekat dari Alun-alun kota, tak jauh dari Balai kota dan Tugu. Bisa
dicapai berjalan kaki dari Stasiun Kereta Api Kota Baru, Malang. Hanya berjarak
sekitar 1 kilometer.
Beberapa langkah dari monumen
ini, ada Toko Oen yang legendaris. Toko ini sudah ada sejak tahun 1930. Sebuah tujuan
wisata favorit para penggemar es krim. Biar tak mati iseng sendiri. ###
Lihat peta di sini
Lihat peta di sini
No comments:
Post a Comment