Sunday, July 26, 2015

Mujair Mbah Moejair

Penemuan hebat seringkali terjadi di tangan “orang-orang biasa”. Contoh sederhananya bisa ditemukan pada ikan mujair yang kini dikenal sebagai salah satu ikan budidaya air tawar di Indonesia.

Awalnya, jenis ikan bernama latin Oreochromis mossambicus atau dikenal dengan nama populer Mozambique tilapia. Kadang disebut “Java tilapia”. Secara alami, jenis ikan ini tersebar di perairan Afrika dan Indonesia.

Nama mujair datang dari Mbah Moedjair. Lelaki dari desa Papungan, kabupaten Blitar, kelahiran tahun 1890. Suatu hari ia tertarik pada jenis ikan yang ia temukan pantai Serang, Blitar. Ikan dengan beberapa keistimewaan. Toleran terhadap salinitas (kadar garam di air) dan cepat berkembangbiak.

Mbah Moedjair terniat membudidayakan ikan yang berkembang secara alami di alam bebas itu. Beberapa percobaan dilakukan. Berkali pula gagal. Ikan yang dari pantai tersebut tak bertahan hidup di air tawar. Percobaan demi percobaan dilakukan untuk membuat sang ikan mampu hidup di air tawar. Setiap kali gagal, Mbah Moedjair bolak-balik pergi dari rumahnya di Desa Papungan ke Pantai Serang. Berjalan kaki sejauh 35 km.

Dengan mengubah-ubah perlakukan,
terutama komposisi air tawar dan air laut, akhirnya ditemukan komposisi yang pas untuk memelihara ikan baru itu. Hingga akhirnya menjadi ikan “spesies” baru. Hasil penangkaran Mbah Moedjair berkembang cepat, sehingga dikenal masyarakat Blitar dan sekitarnya.

Keberhasilan Mbah Moedjair menangkarkan ikan dari Pantai Serang ke kolam air tawar sampai ke telinga asisten residen (pejabat pada masa penjajahan Belanda) di Kediri. Sebagai penghargaan atas temuan Mbah Moedjair, sang asisten residen menamai ikan spesies baru tersebut sesuai dengan nama penemunya. Mujair.


Mbah Moedjair meninggal dunia pada tanggal 7 September 1957. Dimakamkan di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Karya sang nelayan pelopor ini masih berkembang hingga kini.# # #

No comments:

Post a Comment