Letaknya tersembunyi. Hanya sepenembakan meriam kuno dari
Keraton Yogyakarta. Cocok untuk yang ingin menikmati secangkir kopi dengan
suasana tenang.
Persinggahan tiGGer ke kedai kopi ini pun tanpa sengaja. Teman seperjalanan tiGGer sedang mencari tempat untuk mengerjakan satu tulisan yang harus dikirim
hari itu juga. Pilihannya jatuh pada kedai kopi. Hanya beberapa jam sebelum kereta
Yogya – Blitar datang menjemput.
Beberapa saran yang dimintakan ke beberapa kerabat
melalui pesan ponsel tampaknya tak cocok.
Terbilang jauh dari stasiun Tugu. Melalui pencarian iseng di laman internet, tertemukan satu nama: Indische Koffie. Warung kopi di dalam benteng Vredeburg. Sekitar 15 menit berjalan kaki dari Tugu menyusur Malioboro ke arah Selatan.
Terbilang jauh dari stasiun Tugu. Melalui pencarian iseng di laman internet, tertemukan satu nama: Indische Koffie. Warung kopi di dalam benteng Vredeburg. Sekitar 15 menit berjalan kaki dari Tugu menyusur Malioboro ke arah Selatan.
Berada di dalam bekas benteng yang dibangun pada tahun
1760 yang kini berfungsi sebagai museum. Kedai kopi ini menawarkan kenangan
akan masa kolonial. Bangunan berarsitektur Belanda dengan perabot atau mebel
klasik Jawa.
Hari itu, sunyi. Tak banyak pengunjung. Secangkir kopi jawa tubruk dan pisang gioreng.
Kerjaan rampung. Tanpa sempat berpikir panjang tentang rumor bahwa benteng tempat kedai kopi ini berada di dalam sebuah benteng yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, raja Yogyakarta, untuk dipakai Belanda mengawasi gerak-gerik keraton Yogyakarta yang jaraknya hanya selontaran peluru meriam. # # #
Kerjaan rampung. Tanpa sempat berpikir panjang tentang rumor bahwa benteng tempat kedai kopi ini berada di dalam sebuah benteng yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, raja Yogyakarta, untuk dipakai Belanda mengawasi gerak-gerik keraton Yogyakarta yang jaraknya hanya selontaran peluru meriam. # # #
No comments:
Post a Comment