Thursday, July 16, 2015

Welcome to Malioboro (Tanpa) Country!

Bukan Marlboro. Tapi Malioboro. Nama sebuah jalan yang hanya berpanjang sekitar setengah kilometer. Inilah ruas jalan yang menjadi pusat kawasan wisata terbesar di Yogyakarta.

Trotoarnya dipenuhi dengan pertokoan dan warung kecil yang menyediakan bermacam barang dagangan. Utamanya oleh-oleh khas kota Yogyakarta atau biasa disebut Jogja. Mulai dari cemilan hingga karya kerajinan. Pada malam hari, tepiannya dipenuhi dengan tempat makan dengan konsep lesehan.

Jalan pendek ini menjadi perwujudan konsep tata kota Jawa Kuno. Menjadi bagian dari sumbu imajiner Utara – Selatan yang menghubungkan Laut Selatan dan Gunung Merapi dengan keraton berada di tengah-tengah.

Asal mula nama jalan ini
kadang dikait-kaitkan dengan nama seorang Inggris, John Churchill, First Duke of Marlborough. Konon pernah tinggal di Yogyakarta pada tahun 1811-1816.

Kemungkinan lain terdapat pada tulisan Peter B.R. Carey –– Jalan Maliabara (Garland Bearing Street): The Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name yang terbit dalam jurnal  Archipel, Volume 27, 1984.

Emeritus Professor di Trinity College, Oxford, Inggris ini menyebutkan bahwa nama Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta, “malyabhara”. Artinya, karangan bunga.

Penjelasan ini masuk akal. Sebab, sebelum Inggris dan terutama Belanda menguasai Jawa, khususnya Yogyakarta, jalan Malioboro telah digunakan untuk keperluan upacara tertentu. Bisa saja pada masa lalu ketika Keraton mengadakan upacara besar, jalan malioboro penuh berhias karangan bunga.


Yang pasti, Malioboro menjadi bunga bagi kota Yogyakarta. ###

No comments:

Post a Comment