Bukan Marlboro. Tapi Malioboro.
Nama sebuah jalan yang hanya berpanjang sekitar setengah kilometer. Inilah ruas
jalan yang menjadi pusat kawasan wisata terbesar di Yogyakarta.
Trotoarnya dipenuhi dengan
pertokoan dan warung kecil yang menyediakan bermacam barang dagangan. Utamanya
oleh-oleh khas kota Yogyakarta atau biasa disebut Jogja. Mulai dari cemilan
hingga karya kerajinan. Pada malam hari, tepiannya dipenuhi dengan tempat makan
dengan konsep lesehan.
Jalan pendek ini menjadi
perwujudan konsep tata kota Jawa Kuno. Menjadi bagian dari sumbu imajiner Utara
– Selatan yang menghubungkan Laut Selatan dan Gunung Merapi dengan keraton
berada di tengah-tengah.
Asal mula nama jalan ini
kadang dikait-kaitkan dengan nama seorang Inggris, John Churchill, First Duke of Marlborough. Konon pernah tinggal di Yogyakarta pada tahun 1811-1816.
kadang dikait-kaitkan dengan nama seorang Inggris, John Churchill, First Duke of Marlborough. Konon pernah tinggal di Yogyakarta pada tahun 1811-1816.
Kemungkinan lain terdapat pada
tulisan Peter B.R. Carey –– Jalan Maliabara (Garland Bearing Street): The
Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name yang terbit dalam jurnal Archipel, Volume 27, 1984.
Emeritus Professor di Trinity College, Oxford, Inggris ini menyebutkan
bahwa nama Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta, “malyabhara”. Artinya, karangan bunga.
Penjelasan ini masuk akal.
Sebab, sebelum Inggris dan terutama Belanda menguasai Jawa, khususnya
Yogyakarta, jalan Malioboro telah digunakan untuk keperluan upacara tertentu. Bisa
saja pada masa lalu ketika Keraton mengadakan upacara besar, jalan malioboro penuh
berhias karangan bunga.
Yang pasti, Malioboro menjadi
bunga bagi kota Yogyakarta. ###
No comments:
Post a Comment